Bali, 14 November 2018- Direktorat Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan mengadakan seminar program dalam memonitoring program yang dilaksanakan oleh perguran tinggi yang menerima bantuan Pusat Karir dan bantuan Pusat Karir Lanjutan (PKPKL).

Dalam pembukaan seminar dihari oleh Direktur Kemahasiswaan Didin Wahidin, Kasubdit Penyelarasan Kebutuhan Dunia Kerja Tiomega Gultom dan Misbah Fikriyanto Kasubdit Penalaran dan Kreativitas, Rektor Universitas Udayana, kepala LL-Dikti seluruh Indonesia, kepala karir development Center pusat karir, koordinator wilayah tim pusat karir Kementerian ristekdikti dari wilayah 1 sampai 10 dan beberapa mahasiswa.

Seminar tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil pengembangan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing perguruan tinggi penerima bantuan PKPKL tahun 2018 di mana Pusat karir kementerian ristekdikti dan koordinator wilayah program PKPKL wilayah 1 hingga 10 menentukan terlebih dahulu 47 perguruan tinggi terbaik dari 247 perguruan tinggi penerima bantuan PK (Pusat Karir) dan penerima bantuan PKL (Pusat Karir Lanjutan) untuk mempresentasikan hasilnya. 47 perguruan tinggi tersebut terdiri dari 23 penerima bantuan pusat karir dan 24 perguruan tinggi penerima bantuan PKL.

Didin mengutarakan bahwa sejatinya peranan pusat karir tidak hanya terlihat ketika mahasiswa sudah akan diwisuda. Seharusnya pusat karir sudah terlihat sejak awal penerimaan mahasiswa dan terus berperan selama masa perkuliahan dengan mengadakan perbekalan sehingga mahasiswa sudah terarahkan setelah diwisuda.

“Pusat karir bukan hanya sekedar memoles anak-anak kita yang mau wisuda. biasanya kan pas mau wisuda baru ada pusat karir, ada job fair. sebenarnya kami ingin terus meningkatkan peranan pusat karir itu sehingga pusat karir itu bisa berperan sejak mulai masuk, ketika perkuliahan berjalan kemudian diarahkan” ucapnya.

Saat ini diketahui bahwa pengangguran dari lulusan perguruan tinggi bisa dikatakan tidak sedikit, hal ini tentu akan berpengaruh kepada stigma masyarakat akan masa depan para sarjana. Oleh karena itu Direktur Kemahasiswaan menuntut orang yang memliki peran dalam pengembangan pusat karir untuk berfikir kreatif.

“Orang-orang yang memiliki peran dalam pengembangan pusat karir dituntut untuk berfikir kreatif agar ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa yang akan dibawa dia ketika sudah lulus, betul-betul relevan dengan kebutuhan dunia kerjanya dan diharapkan pusat karir menciptakan banyak program yang bisa membekali anak-anak kita untuk kemudian bisa menaklukkan dunia kerja” ujar Didin. (Tulus)